SELAMAT DATANG DI kabar bola || DAPATKAN FREE informasi terbaru dari dunia sepakbola, SERTA TIPS N TRIK MENGENAI KOMPUTER DAN BLOG || UNTUK PARA GAMER SILAKAN BUKA LINK (GAME) || ATAU PUN YANG LAIN-LAIN DI KABAR BOLA || TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, DAN JANGAN LUPA MAMPIR KESINI LAGI YA!!!

Sabtu, 10 Agustus 2013

barcelona vs malaysia (3-0)

                                   Barcelona taklukan malaysia XI


Menang 3-1 Lawan Malaysia Akhiri Pramusim Barcelona


Bintang Barcelona, Neymar, mendapatkan andangan dari pemain Malaysia XI saat kedua tim melakoni laga persahabatan di Stadion Shah Alam, Selangor, Malaysia, Sabtu (10/8/2013).
Barcelona berhasil mengalahkan Malaysia XI 3-1 pada laga persahabatan di Stadion Shah Alam, Selangor, Sabtu (10/8/2013). Laga ini sekaligus menutup persiapan pramusim El Barca.

Seperti biasanya, Barcelona mengendalikan permainan sejak awal laga. Namun, El Barca dalam 15 menit pertama tak mampu melepaskan ancaman berbahaya ke gawang Malaysia XI yang dikawal Khairul Fahmi.

Hal itu lantaran kurang baiknya kerja sama antarpemain. Pemain-pemain Barca beberapa kali melakukan kesalahan mendasar dalam melepaskan umpan.

Bahkan, Barca nyaris mendapatkan malapetaka pada menit ke-19. Norshahrul Idlan berhasil menembus ke dalam kotak penalti dan tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Victor Valdes. Sayang tembakan pemain bernomor punggung sembilan tersebut membentur mistar dan kemudian bola berhasil dibuang oleh Pique.

Barca baru bisa melepaskan ancaman yang cukup berbahaya pada menit ke-26. Neymar di dalam kotak penalti lawan berhasil mengecoh beberapa pemain lawan. Sayang, buruk penyelesaian akhir pemain asal Brasil tersebut membuat peluang menjadi sia-sia. Tembakan Neymar melayang di atas mistar.

Berselang beberapa menit kemudian, giliran Iniesta yang mencoba peruntungannya dengan melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Sama halnya dengan Neymar, bola hasil tembakan Neymar gagal mengenai sasaran.

Barca akhirnya bisa memecah kebuntuan setelah Cesc Fabregas mencetak gol pada menit ke-32. Di dalam kotak penalti, Fabregas berhasil menanduk bola memanfaatkan umpan silang yang dilepaskan Jordi Alba.

Malaysia berusaha membalasnya. Aidil sempat melepaskan tembakan keras. Tembakan pemain bernomor punggung tujuh tersebut sempat merepotkan Valdes meskipun akhirnya bola mendarat di samping gawang Barca.

Kerja keras Harimau Malaya akhirnya membuahkan hasil lewat gol yang diciptakan Amri Yahya pada menit ke-39. Yahya yang berdiri di luar kotak penalti memanfaatkan kesalahan Alba dalam menyapu bola. Ia langsung melepaskan tendangan voli yang membuat bola bersarang ke sisi kanan gawang Barca.

Namun, sukacita publik Malaysia hanya berlangsung tiga menit. Neymar berhasil mencetak gol. Gol ini sekaligus memastikan keunggulan Barca 2-1 pada babak pertama.

Pada awal babak kedua, Neymar digantikan Tello. Bintang asal Brasil tersebut memang terlihat pincang ketika meninggalkan lapangan saat jeda.

Barca kembali menguasai permainan dan menciptakan beberapa peluang. Namun dari serangkaian peluang hanya satu yang berbuah gol lewat aksi Pique pada menit ke-75.

Di dalam kotak penalti, Pique berhasil menguasai bola dari Fabregas. Begitu menguasai bola, Pique melepaskan tembakan keras yang sulit dibendung kiper Malaysia. Gol tersebut sekaligus memateraikan kemenangan Barca 3-1.

Susunan Pemain:   
Malaysia XI : Apek; Asrar, Mahalli, Aidil, Fadhli Shas, Safiq, Guru, Shakir, S. Kunanlan, Wan Zack, Amri, Norshahrul Idlan

Barcelona: Valdes (Pinto 62); Alves (Montoya 46), Pique, Mascherano, Alba (Adriano 46); Xavi (Dos Santos 62),  Busquets (Song 62), Iniesta (Sergi Roberto 62); Alexis, Cesc, Neymar (Tello 46)



bayer munchen

Liga Jerman: Bayern 3-1 Moenchengladbach

Inverted Winger sebagai Pusat Permainan Bayern


thumbnail Getty Images/Lennart Preiss
Bayern Munich, pemangku gelar treble musim lalu, mengawali langkahnya di Bundesliga dengan mantap. Di hadapan pendukungnya sendiri, tim yang kini dilatih oleh Pep Guardiola ini melumat Borussia Moenchengladbach dengan skor 3-1. Meski masih ada beberapa faktor yang mesti dibenahi, terutama di lini pertahanan, Bayern sendiri tampil meyakinkan. Peralihan sistem dari 4-2-3-1 milik Jupp Heynckes ke 4-1-4-1 yang diusung oleh Guardiola pun perlahan-lahan mulai sempurna.

Beralih ke sistem baru, Bayern sendiri masih tetap tampil dengan memaksimalkan serangan dari sayap. Duet Ribery – Robben yang ditopang oleh kedua fullback tetap jadi potensi serangan tertajam Bayern.




Inverted Winger Sebagai Kunci Serangan dan Permainan

Meski tampil dengan formasi 4-1-4-1, formasi Bayern malah acap kali terlihat menggunakan 4-2-2-2. Duet Kroos – Schweinsteiger berada di lini tengah, Mandzukic dan Mueller kerap terlihat sejajar, sementara Ribery dan Robben dengan leluasa untuk turun naik di sisi lapangan.

Satu hal yang mesti diberi catatan khusus adalah bagaimana Guardiola menggunakan duet Ribery dan Robben, yaitu tidak hanya sebagai inverted winger yang menusuk ke dalam kotak penalti namun juga sebagai pengatur serangan, dan bahkan untuk menyelesaikan serangan itu sendiri.

Dalam pertandingan ini baik Schweinsteiger maupun Kroos hanya mengambil fungsi sebagai pemantul bola, dan Ribery–Robben lah yang acap kali menentukan kemana dan kapan serangan akan dilakukan. Inverted winger sebagai playmaker. Tak heran serangan yang dibangun dari lini belakang menuju lini tengah secara cepat dialirkan pada Ribery dan Robben.

Ribery dan Robben pun diberi keleluasaan oleh Guardiola untuk bergerak ke sumbu tengah lapangan, baik untuk menjemput bola maupun untuk melancarkan serangan. Namun, ini pun dilakukan dengan tidak simetris. Ribery lebih sering berposisi lebih dalam ketimbang Robben untuk menerima bola dari tengah lapangan, sementara Robben lebih sering "menggantung" di area sepertiga lapangan akhir.

Karena itu tak heran umpan dari flank ke flank –terutama dari Ribery ke Robben– acap terlihat pada pertandingan ini. Bahkan, di babak pertama saja baik Ribery maupun Robben sama-sama mengoleksi 7 umpan silang.

Sentralnya peran Ribery dan Robben juga terlihat dalam penyelesaian serangan. Bahkan, keduanya sering terlihat sebagai ujung tombak dan berposisi lebih "tinggi" ketimbang Mandzukic atau Muller. Mandzukic juga lebih sering mengambil peran untuk memberikan tekanan kepada kedua bek tengah sehingga Robben atau Ribery mendapatkan celah untuk menusuk masuk kotak penalti. Inilah yang terlihat di gol pertama dan kedua.

Pada proses gol pertama, adalah Mandzukic yang seakan mengalihkan perhatian kedua centerback Moenchengladbach. Ketika Ribery telah mengirimkan umpan ke kotak penalti, Mandzukic juga seolah berhenti dan membiarkan Robben bergerak masuk.




Sementara di gol kedua, Ribery lah yang gantian menerima umpan silang dari Robben dan melakukan attempts. Mandzukic cukup bergerak dari dalam untuk menyapu bola muntah dari kiper Gladbach, Ter Stegen.




Mueller yang Kehilangan Peran

Dengan Ribery dan Robben yang mengambil porsi cukup besar dalam permainan, satu pemain yang seakan kehilangan pengaruhnya dalam tim adalah Thomas Mueller (baca Thomas Mueller, si Penafsir ruang). Mueller yang pada pertandingan ini kerap berada sejajar dengan Mandzukic ini memang minim sekali memberikan pengaruh dalam pertandingan.

Bahkan, statistiknya di 45 menit pertama saja terbaca seperti ini: 17 sentuhan, 14 passing, dan 1 crossing. Tak ada key-passes, assist, atau attempts dengan memanfaatkan ruang-ruang sempit yang jadi kelebihan seorang Muller. Ini semua diperparah dengan ia yang tak mampu mencetak gol ketiga Bayern dari titik penalti. Tak heran, di menit ke-77 Guardiola menggantinya dengan Rafinha.

Dengan berdiri sejajar dengan Mandzukic, Muller sendiri seolah kehilangan keistimewaannya sebagai seorang penghubung antara lini tengah dan lini depan. Padahal, pada skema Heynckess, ia kerap digunakan untuk menerima umpan lambung dari Martinez atau Schweinsteiger, dan untuk membaca ruang dan mengirimkan umpan ke ruang kosong.


(sumber: espnfc.com)

Menipisnya pengaruh Muller ini sedikit berbeda dengan lini tengah yang juga terkena imbas dari semakin bertambahnya pengaruh Robben–Ribbery. Schweinsteiger dan Kroos setidaknya masih memegang peran dengan jadi penghubung antara kedua centerback yang memang sering maju, bahkan hingga melewati garis tengah lapangan, dan kedua flank.

Jika dalam skema Heynckess, Schweini sering menentukan jalannya permainan dengan umpan lambungnya ke arah kotak penalti, maka kini ia dan Kroos lebih sering melakukan umpanumpan pendek ke pinggir lapangan. Sebagai gelandang, peran keduanya malah lebih terlihat saat Bayern berada dalam posisi bertahan atau menghadapi tekanan lawan.

Lini Pertahanan yang Mesti Dibenahi

Meski unggul dalam serangan, bukan berarti pertandingan berjalan mudah untuk Bayern Munich. Sebelum Alaba mencetak gol ketiga, Bayern terlihat rentan dalam menghadapi serangan balik. Skema satu gelandang bertahan dalam 4-1-4-1 berarti Schweini memiliki beban lebih berat dalam menahan serangan lawan.

Apalagi Dante, Alaba, atau Lahm sendiri memang lebih sering naik hingga melewati garis pertahanan. Alaba menjadi back-up Ribery di sayap lapangan saat winger asal Perancis itu bergerak ke tengah, sementara Lahm bekerjasama dengan Robben.

Akibatnya, berkali-kali Raffael berhasil menusuk kotak penalti, atau mengirimkan umpan pada Max Kruse. Demikian pula dengan Juan Arango dan Patrick Hermann yang juga bisa memanfaatkan ruang yang ditinggalkan Lahm dan Alaba.

Jika sebelumnya Schweini bekerja sama dengan Martinez dengan membagi dua area lapangan saat bertahan, kini ia jadi benteng pertama pertahanan. Skema 4-1-4-1 juga berarti ada 5 pemain menyerang yang dalam pertandingan ini belum kelihatan fungsinya dalam menjalankan pertahanan secara tim.

Menarik, karena Pep sendiri saat melatih Barcelona terkenal dengan instruksinya pada pemain depan untuk jadi lini pertahanan level pertama. Bahkan, dalam musim pertamanya menangani Barcelona, trio Henry-Messi-Eto'o melakukan lebih banyak pelanggaran ketimbang empat beknya di belakang. Gaya permainan seperti inilah yang mungkin akan terlihat di pertandingan-pertandingan ke depan, terutama saat menghadapi lawan yang lebih tangguh.

Kesimpulan

Menarik untuk mengamati perubahan taktikal yang terjadi pada Bayern Munich. Sentralnya peran Ribery dan Robben pada pertandingan ini sendiri, mesti diakui, juga dipermudah oleh Moenchengladbach yang bermain sempit dan lebih banyak menumpuk pemain di tengah lapangan. Bahkan, boleh dikatakan Ribery dan Robben kali ini memang mendapatkan lawan yang "pas" yang membiarkan mereka untuk bermain dengan kekuatan terbaiknya.

Terlepas dari hasil pertandingan, dalam laga kali ini terlihat bagaimana adanya dua transisi yang sedang terjadi. Bayern sedang beradaptasi dengan gaya taktikal Pep yang tanpa menggunakan dobel-pivot di tengah, sementara Guardiola pun bertransisi sebagai pelatih untuk memaksimalkan permainan melalui sayap lapangan. Satu hal yang memang jarang ia lakukan semasa jadi pelatih Barcelona.

Belum lagi mengingat fakta bahwa Bayern memiliki banyak stok pemain yang bisa digunakan jika ingin mengganti skema permainan. Masih ada Mueller, Martinez, Shaqiri, atau Goetze yang bisa digunakan Guardiola seandainya ia ingin bereksperimen.

Untungnya ini masih pertandingan pertama. Ada cukup banyak waktu bagi pecinta Bundesliga, suporter Bayern, maupun fans Guardiola untuk menyaksikan ide-ide liar Pep diwujudkan di lapangan. Apakah sentralnya peran dua inverted winger ini akan jadi signature style Pep di Bayern Munich? Patut ditunggu.

Jumat, 09 Agustus 2013

tentang blog ini

hello sobat bloger...........
slam bloger,,,,

 salam sejahtera buat kita semua ... dan terimaksai buat teman-teman yang telah mengunjungi blog ini,,,
langsung aja yahh,,, hehehehe
blog ini saya buat untuk mempulikasikan hal2 terbaru agar kita bisa update info-info terbaru baik dalam dunia olaraga,kesehatan,teknologi,berita,dan lain-lain,,,
  ohh yahh maaf jika dalam blog ini banyak kesalahan yahh mungkin karna saya hanyalahy seorng pemulah
dan sy juga bukan orng yg khusus blajar ttmg dunia informatika,, saya skarang kulia disalah satu akademi swaata jurusan nautika,,,   namun karna saya hoby berselancar di dunia maya,,, jadi saya ingin mengembangkan hoby say ini..... hehehehehehehhehe
 mungkin itu saja dari saya,,,,
 tankssss by daniel articulha

 telpon: 08991661441/081242838417
email: danieltaruna@gmail.com

Senin, 05 Agustus 2013

Senjata Neymar di lapangan hijau

Sepak bola tak selalu urusan adu strategi dalam lapangan. Pada era sepak bola modern, permainan sepak bola ibarat medan perang yang harus juga ditunjang dengan perlengkapan memadai sebagai senjata pemain untuk
mengalahkan lawan-lawannya di setiap pertandingan. Gavin Mortimer dalam karyanya berjudul A History of Football in 100 Objects memasukkan sepatu sebagai salah satu faktor kesuksesan pemain sepak bola. Bahkan, ia mengakui, sepatu sepak bola saat ini hampir tidak dikenali lagi dari yang dipakai para pemain sepak bola pada 150 tahun lalu.

Pada 1863, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) awalnya mengeluarkan 13 peraturan dalam sepak bola, termasuk mengenai penggunaan sepatu. Peraturan nomor 13 itu berbunyi, "Tidak satu pun yang mengenakan sepatu dengan paku, lempengan besi, atau getah perca di bagian sol sepatunya diperbolehkan untuk bermain."

Alhasil, peraturan tersebut membuat sejumlah produsen sepatu sepak bola di Inggris berlomba membuat sepatu dengan desain yang memadai. Produksi sepatu yang awalnya usaha berskala rumah tangga pun bertransformasi menjadi industri skala besar di tengah-tengah perkembangan sepak bola modern di Inggris.

Seiring perkembangan teknologi, sepatu sepak bola kemudian didesain khusus sedemikian rupa yang menjadikannya ringan dan nyaman bagi para pesepak bola di seluruh dunia. Pada era 1960-an, bintang seperti George Best, Johan Cruyff, dan Pele merupakan ikon dari industri sepatu sepak bola yang lambat laun menjadi bisnis besar.

Lihat saja bagaimana salah satu produsen perlengkapan olahraga, Nike, membayar nilai kontrak sebesar 5 juta pounds per tahun kepada bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, untuk mengenakan sepatu buatannya. Namun, dalam memililh ikon produknya, produsen juga tidak sembarang karena harus terus berinovasi dengan mendengarkan sejumlah saran dari pemain yang bersangkutan.

Bagi para produsen sepatu sepak bola, beragam jenis sepatu beserta teknologinya dipercaya dapat mencerminkan jati diri setiap pemain. Dengan sepatu yang didesain khusus, para pemain bisa memaksimalkan kemampuannya dengan penyesuaian ukuran kaki untuk membentuk kriteria dan kelebihan sepatu.

Pada Mercurial Vapor IX terbaru milik Ronaldo, misalnya, Nike mendesain agar sepatu lebih bertekstur untuk menambah gesekan dan rasa mantap saat menyentuh bola agar meminimalisasi tingkat kelicinan. Bagi pemain depan dengan karakter cepat seperti CR7, tentunya, satu kasus terpeleset saja bisa menentukan hasil pertandingan karena sering kali terjadi pada momen peluang emas mencetak gol.

Hypervenom
Teranyar, Nike merilis Hypervenom, yang juga diilhami dari masukan pemain-pemain bintang dunia, salah satunya, bomber muda Barcelona, Neymar da Silva. "Aku menginginkan sepatu yang bisa membantu meningkatkan ketangkasan dan memberikanku ruang untuk menembak bola sebelum aku dijatuhkan lawan," kata Neymar.

Phil McCartney, VP Nike Football, Footwear, mengungkapkan, masukan Neymar tersebut sangat berarti bagi perkembangan sepatu yang diproduksi pihaknya. Jika Mercurial Vapor IX dirancang untuk kecepatan pemain, kata dia, Hypervenom berfokus pada pembuatan ruang agar bisa menempatkan bola ke jala lawan. "Terlihat sepele. Tetapi, itu adalah perbedaan kecil yang signifikan," lanjutnya.

Pengarah desain Nike Football, Denis Dekovic, menambahkan, permainan sepak bola saat ini sedang berubah. Ia menilai, dalam pola penyerangan sebuah pertandingan, kecepatan saat ini bukan menjadi kebutuhan utama karena sejumlah pesepak bola sudah dilahirkan dengan kemampuan tersebut.

Menurutnya, para pesepak bola saat ini ingin menjadi lebih cepat, tidak hanya saat berlari tanpa bola, tetapi sama cepatnya ketika pemain tersebut ingin menggiring bola pada ruang yang sempit. Ia menilai, pemain selalu ingin membuat peluang-peluang sebagus mungkin. "Kecepatan serta ketangkasan yang dimiliki para pemain bertahan belakangan ini perlu untuk dilawan dan Hypervenom dirancang untuk itu," kata Dekovic.

Perubahan pada Hypervenom terlihat pada bagian atas sepatu dengan menggunakan sistem baru Nikeskin, yang dirajut lembut serta lentur. Bagian atas sepatu juga dilapisi dengan polyurethane, dan dilengkapi dengan teknologi Nike All Conditions Control (ACC) untuk memberikan rasa yang sama pada saat mengontrol bola baik pada kondisi kering maupun basah.

Selain itu, Hypervenom berinovasi dengan menghilangkan bahan-bahan berlebih pada alas sepatu untuk menempatkan kaki lebih dekat pada lapangan dan bola. Sementara di dasar dari sol bagian luar sepatu juga mengandung nylon padat agar terciptanya lempengan sol yang memiliki respons tinggi yang memberikan tenaga dengan bobot ringan agar pemain dapat leluasa bergerak.

Hypervenom memulai debutnya dalam pertandingan persahabatan antara Inggris dan Brasil di Stadion Maracana, 2 Juni 2013. Selain Neymar, pada laga yang berakhir 2-2 itu, Hypervenom juga dipakai oleh bintang MU, Wayne Rooney. Beberapa pemain lain juga didaulat untuk menggunakan sepatu tersebut, di antaranya, bomber Paris Saint-Germain, Zlatan Ibrahimovic, dan striker Borussia Dortmund, Robert Lewandowski.

Namun, Hypervenom tentunya mempunyai kesan tersendiri bagi Neymar. Maklum, dengan senjata barunya tersebut, ia sukses membawa Brasil menjuarai Piala Konfederasi 2013 setelah mengalahkan juara dunia Spanyol, 3-0. Selain itu, Neymar juga menyabet predikat pemain terbaik dan menorehkan empat gol, salah satunya ke gawang kiper Spanyol, Iker Casillas, di partai final.