Senjata Neymar di lapangan hijau
Sepak bola tak selalu urusan adu strategi dalam lapangan. Pada era sepak
bola modern, permainan sepak bola ibarat medan perang yang harus juga
ditunjang dengan perlengkapan memadai sebagai senjata pemain untuk
mengalahkan lawan-lawannya di setiap pertandingan.
Gavin Mortimer dalam karyanya berjudul A History of Football in 100 Objects
memasukkan sepatu sebagai salah satu faktor kesuksesan pemain sepak
bola. Bahkan, ia mengakui, sepatu sepak bola saat ini hampir tidak
dikenali lagi dari yang dipakai para pemain sepak bola pada 150 tahun
lalu.
Pada 1863, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) awalnya
mengeluarkan 13 peraturan dalam sepak bola, termasuk mengenai penggunaan
sepatu. Peraturan nomor 13 itu berbunyi, "Tidak satu pun yang
mengenakan sepatu dengan paku, lempengan besi, atau getah perca di
bagian sol sepatunya diperbolehkan untuk bermain."
Alhasil,
peraturan tersebut membuat sejumlah produsen sepatu sepak bola di
Inggris berlomba membuat sepatu dengan desain yang memadai. Produksi
sepatu yang awalnya usaha berskala rumah tangga pun bertransformasi
menjadi industri skala besar di tengah-tengah perkembangan sepak bola
modern di Inggris.
Seiring perkembangan teknologi, sepatu sepak
bola kemudian didesain khusus sedemikian rupa yang menjadikannya ringan
dan nyaman bagi para pesepak bola di seluruh dunia. Pada era 1960-an,
bintang seperti George Best, Johan Cruyff, dan Pele merupakan ikon dari
industri sepatu sepak bola yang lambat laun menjadi bisnis besar.
Lihat
saja bagaimana salah satu produsen perlengkapan olahraga, Nike,
membayar nilai kontrak sebesar 5 juta pounds per tahun kepada bintang
Real Madrid, Cristiano Ronaldo, untuk mengenakan sepatu buatannya.
Namun, dalam memililh ikon produknya, produsen juga tidak sembarang
karena harus terus berinovasi dengan mendengarkan sejumlah saran dari
pemain yang bersangkutan.
Bagi para produsen sepatu sepak bola,
beragam jenis sepatu beserta teknologinya dipercaya dapat mencerminkan
jati diri setiap pemain. Dengan sepatu yang didesain khusus, para pemain
bisa memaksimalkan kemampuannya dengan penyesuaian ukuran kaki untuk
membentuk kriteria dan kelebihan sepatu.
Pada Mercurial Vapor IX
terbaru milik Ronaldo, misalnya, Nike mendesain agar sepatu lebih
bertekstur untuk menambah gesekan dan rasa mantap saat menyentuh bola
agar meminimalisasi tingkat kelicinan. Bagi pemain depan dengan karakter
cepat seperti CR7, tentunya, satu kasus terpeleset saja bisa menentukan
hasil pertandingan karena sering kali terjadi pada momen peluang emas
mencetak gol.
Hypervenom
Teranyar, Nike
merilis Hypervenom, yang juga diilhami dari masukan pemain-pemain
bintang dunia, salah satunya, bomber muda Barcelona, Neymar da Silva.
"Aku menginginkan sepatu yang bisa membantu meningkatkan ketangkasan dan
memberikanku ruang untuk menembak bola sebelum aku dijatuhkan lawan,"
kata Neymar.
Phil McCartney, VP Nike Football, Footwear,
mengungkapkan, masukan Neymar tersebut sangat berarti bagi perkembangan
sepatu yang diproduksi pihaknya. Jika Mercurial Vapor IX dirancang untuk
kecepatan pemain, kata dia, Hypervenom berfokus pada pembuatan ruang
agar bisa menempatkan bola ke jala lawan. "Terlihat sepele. Tetapi, itu
adalah perbedaan kecil yang signifikan," lanjutnya.
Pengarah
desain Nike Football, Denis Dekovic, menambahkan, permainan sepak bola
saat ini sedang berubah. Ia menilai, dalam pola penyerangan sebuah
pertandingan, kecepatan saat ini bukan menjadi kebutuhan utama karena
sejumlah pesepak bola sudah dilahirkan dengan kemampuan tersebut.
Menurutnya,
para pesepak bola saat ini ingin menjadi lebih cepat, tidak hanya saat
berlari tanpa bola, tetapi sama cepatnya ketika pemain tersebut ingin
menggiring bola pada ruang yang sempit. Ia menilai, pemain selalu ingin
membuat peluang-peluang sebagus mungkin. "Kecepatan serta ketangkasan
yang dimiliki para pemain bertahan belakangan ini perlu untuk dilawan
dan Hypervenom dirancang untuk itu," kata Dekovic.
Perubahan pada
Hypervenom terlihat pada bagian atas sepatu dengan menggunakan sistem
baru Nikeskin, yang dirajut lembut serta lentur. Bagian atas sepatu juga
dilapisi dengan polyurethane, dan dilengkapi dengan teknologi
Nike All Conditions Control (ACC) untuk memberikan rasa yang sama pada
saat mengontrol bola baik pada kondisi kering maupun basah.
Selain
itu, Hypervenom berinovasi dengan menghilangkan bahan-bahan berlebih
pada alas sepatu untuk menempatkan kaki lebih dekat pada lapangan dan
bola. Sementara di dasar dari sol bagian luar sepatu juga mengandung nylon
padat agar terciptanya lempengan sol yang memiliki respons tinggi yang
memberikan tenaga dengan bobot ringan agar pemain dapat leluasa
bergerak.
Hypervenom memulai debutnya dalam pertandingan
persahabatan antara Inggris dan Brasil di Stadion Maracana, 2 Juni 2013.
Selain Neymar, pada laga yang berakhir 2-2 itu, Hypervenom juga dipakai
oleh bintang MU, Wayne Rooney. Beberapa pemain lain juga didaulat untuk
menggunakan sepatu tersebut, di antaranya, bomber Paris Saint-Germain,
Zlatan Ibrahimovic, dan striker Borussia Dortmund, Robert Lewandowski.
Namun,
Hypervenom tentunya mempunyai kesan tersendiri bagi Neymar. Maklum,
dengan senjata barunya tersebut, ia sukses membawa Brasil menjuarai
Piala Konfederasi 2013 setelah mengalahkan juara dunia Spanyol, 3-0.
Selain itu, Neymar juga menyabet predikat pemain terbaik dan menorehkan
empat gol, salah satunya ke gawang kiper Spanyol, Iker Casillas, di
partai final.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar